Menjalin Usaha Bersama

logo

Camilan Emping Garut, Hasil Inovasi UMKM Desa Dagangan-Madiun

Selasa, 13 Desember 2022

MADIUN – Desa/Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun merupakan salah satu daerah penyangga kawasan selingkar wilis diantaranya hutan segulung, perbukitan mendak hingga jalur alternatif menuju bukit ngebel.

Melihat adanya potensi sumber ekonomi itu, masyarakat Desa Dagangan hingga ini terus berinovasi dibidang kuliner olahan lokal. Termasuk yang dilakukan kelompok masyarakat tergabung dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), baik makanan/camilan, minuman segar hingga tradisional.

Olahan pangan hasil produksi kelompok UMKM Desa Dagangan ini mulai menggeliat dipasaran hingga tempat destinasi wisata yakni Emping Garut. Emping ini, terbuat dari bahan baku angkrik atau biasa disebut umbi garut (Marantha arundinaceae). Umbi garut adalah jenis tanaman lokal yang banyak dijumpai di Indoensia, termasuk di Desa Dagangan.

Hasil inovasi lainnya, adalah Kripik Gadung. Jenis kripik ini, di olah secara tradisional dengan rasa original. Selain itu, ada seorang warga yang sukses membuat tempe dan tahu’ lalu di olah menjadi kripik dengan cita rasa gurih nan renyah. Bahkan diantara kelompok UMKM Desa Dagangan, juga ada seorang warga yang sukses mengolah singkong menjadi Getuk Gulung dan Onde-onde Ceplok.

Sedangkan inovasi lainnya, terdapat dua orang warga dese setempat yang sukses membuat cairan untuk pembasmi hama tikus. Hasil inovasi berikutnya, adalah cairan untuk penggembur tanah persawahan yang biasa digunakan oleh para petani disaat menjelang musim tanam padi.

Muhamad Zahrudin, salah satu pengerajin emping garut asal Desa Dagangan, mengaku hanya meneruskan usaha milik orangtuanya. Namun lika liku usaha yang dirintis oleh orang tuanya dulu, tentu tidaklah sama dengan sekarang ini. Meski bisa produksi emping garut, saat itu bahan baku umbi masih mudah didapat luar desanya.

Namun saat ini, UMKM Desa Dagangan sering kesulitan untuk mendapatkan bahan baku umbi garut khususnya dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Karena sulitnya memperoleh bahan baku itu, maka harus mencari atau membeli umbi garut dari luar desanya. Hal itu, demi mencukupi pesanan konsumen ataupun pasar didalam maupun luar daerah Madiun.

“Saat ini, kelompok kami sering kesulitan untuk medapatkan bahan bakunya. Karena warga  yang dulu menanam umbi garut, kini sudah banyak yang beralih ke umbi porang. Tapi nyatanya, harga porang tingkat pasaran ‘sedang bermasalah. Padahal, jika mau dihitung masih ada untungnya menanam di umbi garut,” jelasnya saat ditemui di home industri emping garut di RT 01/RW 01 Desa Dagangan, Selasa 13 Desember 2022.

Karena apa? Lanjut dia, yaitu dalam satu musim saja, harga umbi garut tembus hingga Rp3.000 per kilogramnya. Sedangkan porang? Sejak usia tanam masih menunggu, sedikitnya tiga tahun kedepan baru bisa dinikmati hasilnya. Itupun, jika harga umbi porang masih bisa bertahan.

Meski produksi emping garut hanya setiap musim, namun kelompoknya selalu menyetok emping garut yang sudah di jemur kering. Sehingga meski menunggu hasil panen umbi garut berikutnya, stok masih bisa stabil mencukupi konsumen baik di desa, sekitar desa maupun luar desanya. Karena saat musim panen, kelompok pengerajin emping garut melakukan pembeliah bahan baku yang melimpah.

“Makanya sampai sekarang, kami masih bisa mencukupi pasar. Kadang jika ada pesanan secara online, memang stoknya harus banyak dan suatu waktu tersedia. Sehingga bisa melayani pesanan konsumen yang mampir membeli emping garut. Untuk itu, kami menyediakan koperasi di pinggir jalan menghubung antar desa,” jelasnya.

Ia berharap kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Madiun agar camilan emping garut hasil produksi kelompok UMKM, bisa menjadi ikonnya Desa Dagangan. Sehingga perlu adanya kelompok budidaya tanaman umbi garut di tempat lain. Tujuannya jika bahan baku umbi garut itu mudah didapatkan, tentu stok emping garut kering juga melimpah. Sisi lain tidak kesulitan, jika suatu-waktu mencukupi pesanan baik dari dalam maupun luar daerah.

Sebab saat ini, para pengerajin emping garut yang tergabung dalam kelompok UMKM Desa Dagangan melakukan pemasaran secara online. “Terbukti sejak adanya media sosial (medsos), maka order atau pesanan produk UMKM sangatlah mudah diterima. Di banding dengan konsumen yang datang langsung ke koperasi didekat rumahnya,” tegasnya.*lly/madiuntourism.com 

Keterangan Foto : Muhamad Zahrudin (kiri) didampingi perangkat Desa Dagangan saat meninjau tanaman akrik atau jenis umbi garut. Selain itu, ia juga menunjukkan bungkusan kantung plastik berisi 500 gram irisan emping garut yang sudah dikeringkan.*

error: