MADIUN – Terkait daya tarik tempat wisata, tentunya perlu dan sangat dibutuhkan. Karena daya tarik yang eksotik, dapat menunjang minat wisatawan. Apalagi, Madiun Umbul Square (MUS) yang berada di Desa Glonggong, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun ini merupakan wisata buatan.
Meski hingga ini, daya tarik MUS tetap mengandalkan kearifan lokal yakni lembaga konservasi satwa. Mengingat wisata buatan di Madiun sekitarnya sudah menjamur, namun MUS tetap optimis adanya peningkatan pengunjung di masa libur Tahun Baru 2025 nanti.
“Daya tarik MUS adalah lembaga konservasi satwa. Kalau MUS murni untuk wisata buatan saja, kompetitor cukup banyak. MUS kalah segalanya,” ujar Agus Mahendra, pelaksana tugas (Plt) Perusanaan Umum Daerah (Perumda) MUS Kabupaten Madiun, Sabtu 28 Desember 2024.
Mengingat, lanjut dia, wisata buatan di Madiun sekitar sudah banyak. Untuk itu, MUS ingin punya identitas lain yakni tetap sebagai lembaga konservasi satwa saja. Karena dengan adanya lembaga konservasi satwa, MUS punya nilai plus tersendiri bagi pengunjung teruma anak-anak sekolah.
Sebab, MUS punya edukasi terkait satwanya. Diharapkan satwa-satwa itu tetap ada, sehingga konservasinya tetap eksis. Namun kalau pun nanti lembaga konservasi satwa itu, misalnya mau di rubah perizinannya ke penangkaran atau lainnya? Terkait itu, ia tidak tahu.
Informasi beredar, rencana kedepan ada wacana perubahan status pengelolaannya. Apakah MUS tetap Perumda naungan BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Madiun, atau perseroan terbatas/PT?
“Jika pada PT, maka pengelolaannya dari pihak swasta. Terkait status itu, saya sendiri juga belum tahu. Karena masih menunggu pak Bupati Madiun (Hari Wuryanto dan Wakil Bupati Madiun, Purnomo Hadi) terpilih di lantik,” katanya.
Menurutnya selain menunggu Bupati Madiun yang baru (2024-2029), juga direktur definitif yang ada di MUS itu sendiri. Sambil menunggu, MUS tetap mempertahankan ke arifan lokal yaitu koleksi satwa. Karena di tempat wisata lain, belum ada yang punya satwa. Meskipun ada, hanya beberapa jenis saja.
MUS sampai saat ini, terdapat atau mengoleksi sebanyak 154 ekor satwa berbagai jenis yakni ada Aves (hewan yang sebagian tubuhnya ditutupi bulu), Mamalia (kelompok hewan menyusui), dan Reptil (kelompok hewan vertebrata berdarah dingin dan memiliki sisik yang menutupi tubuhnya).
Untuk ikon di MUS Kabupaten Madiun yang ringan-ringan saja yakni burung Merak Hijau (Pavo muticus) dan Binturong (Arctictis binturong) yang merupakan hewan sejenis musang bertubuh besar. Ikonnya dari dua jenis satwa itu saja sudah cukup.
“Saat itu, kami sudah punya rencana mengurus perizinannya untuk penangkaran burung merak hijau dan hewan binturong. Jika mau fokus, itu saja. Tentu sudah beda dengan tempat wisata lainnya,” ungkapnya.
Agus Mahendra menguraikan kalau pun nanti manajemen MUS baru yakni dalam artian ada status, baik itu di perseroan terbatas (dari swasta) ataupun tetap Perumda naungan BUMD Pemkab. Madiun dengan nuansa yang baru atau New Umbul.
Kedepannya, kalau pun nanti tidak ada lembaga konservasi satwa? Minimal, MUS Kabupaten Madiun sudah punya penangkaran burung merak hijau dan hewan binturong. Bahkan lainnya dengan sistem farm atau peternakan.
Hal itu baik peternakan Kuda (Equus caballus), Rusa Tutul (Axis axis), Domba (Ovis aries), Kelinci (Oryctolagus cuniculus), dan sebagainya. Harapannya kedepan, MUS berupaya dengan sistem farm tersebut.
“Intinya, masyarakat masih bisa melihat satwa di MUS ataupun nanti New Umbul. Pengunjung bisa berinteraksi dengan memberi pakan, foto bareng, dan sebagainya. Mengingat, nilai plusnya di situ,” tandas Agus.*(al/madiuntourism.com)