MADIUN – Malam itu sekitar pukul 21.57 WIB, bunyi lonceng terus berdentang disertai alunan suara bedug menggema dari balik klenteng atau Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) ‘Hwe Ing Kiong’ Kota Madiun.
Bunyi lonceng dan suara bedug menggema, yakni untuk menandai waktu pelaksanaan tradisi atau sembahyang perayaan Tahun Baru Imlek 2576 kongzili segera di mulai. Selang waktu tak lama, warga keturunan tionghoa mempersiapkan diri masing-masing di teras altar utama klenteng tersebut.
Puluhan warga keturunan tionghoa yang tinggal di Madiun dan sekitarnya yang merupakan umat tri dharma secara bersama-sama berdiri menghadap ke arah barat sembari mempersembahkan dupa atau hio yang sudah menyala.
Serangkaian tradisi, hingga sembahyang perayaan Tahun Baru Imlek 2576 kongzili berjalan lancar. Malam itu, umat tri dharma melanjutkan sembahyang sebagai penutup di altar utama atau tuan rumah yang mulia Makco Poo.
Ketua Shie Bidang Keagamaan Umat Tri Dharma yang juga Bagian Wakil Humas I TITD ‘Hwe Ing Kiong’ Kota Madiun, Martinoliem mengakui serangkaian tradisi hingga sembahyang Tahun Baru Imlek 2576 kongzili ini, terlaksana dengan lancar.
“Ini sesuai harapan kami (umat tri dharma) semua. Saya rasakan ibadah malam hari ini, juga nikmat sekali. Kami, bisa tenang mengikuti ibadah imlek tanpa ada gangguan apa pun,” ujarnya seusai sembahyang imlek di altar utama, Selasa 28 Januari 2025.
Menurutnya harapan pastinya apa pun hal yang baik di tahun ini, umat menginginkan semuanya bertumbuh apa pun pada dalam diri kita. Sehingga, kita bisa mengungkap jati diri kita yang sebenar/aslinya yakni baik adanya juga berperilaku baik kepada sesamanya.
Karena itulah, makna tahun ini yakni seorang pemimpin yang baik, jujur, dan adil. Sebab, unsur kebaikan seorang pemimpin ini akan membuat hati para pengikutnya terbuka serta di cintai banyak orang. Kuncinya adalah kepemimpinan yang baik, dan berbuat jujur dan adil. Belum lama ini ada pemilihan Presiden RI, dan kita pun juga merayakannya.
“Sebab, kepemimpinan juga bicara tentang diri kita sendiri yaitu bagaimana agar bisa memimpin diri serta memantaskan pada diri kita sendiri. Budaya menanamkan kebaikan itu, selalu tumbuh. Sehingga, manfaatnya bisa dirasakan oleh semuanya,” katanya.
Ia menguraikan terkait tradisi membunyikan lonceng dan memukul bedug itu, adalah simbolik kita yakni menggambarkan bahwa alunan-alunan itu kepada surgawi. Di alam atas sana itu, menyatakan bahwa kita akan memulai sembahyang perayaan imlek.
“Jadi secara energi, kita mengungkapkannya seperti itu. Tetapi, kita di alam manusia. Itu, dapat di artikan ‘telah mengundang’ orang-orang (umat tri dharma) untuk datang berkumpul di tempat ini,” katanya.
Umat tri dharma, Martinoliem kembali menjelaskan bahwa di sini kita sembahyang kepada tuan allah dulu yakni Tuhan Yang Maha Esa. Setelah sembahyang kepada tuhan, kita baru sembahyang di altar utama yang mulia Makco Poo.
Makco Poo merupakan seorang dewi lautan selatan yang ada di China, dan juga kepada semua para dewa dewi lainnya. Sebab, klenteng di setiap daerah itu memang berbeda-beda tuan rumahnya. Bahkan ada yang mungkin, dewa bumi yang sosoknya laki-laki.
“Itu, punya keunikkan khas masing-masing daerah. Kalau di Madiun ini, kita sangat berbangga sekali. Karena, kita punya yang mulia Makco Poo. Karena, beliau adalah pelindung laut selatan di Tiongkok,” terangnya.*(al/madiuntourism.com)