Yogyakarta, 4 Juli 2025 — Kementerian Ekonomi Kreatif (Kementerian Ekraf) menekankan pentingnya pemanfaatan Dana Keistimewaan (Danais) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk memperkuat sektor ekonomi kreatif dan pariwisata berbasis budaya. Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamen Ekraf) Irene Umar menilai Danais bisa mendorong lahirnya Intellectual Property (IP) lokal berkualitas.
“Ekonomi kreatif bukan hanya tentang seni atau hiburan tapi the new engine of growth bagi daerah. Dana Keistimewaan bisa dimanfaatkan untuk mendorong lahirnya IP lokal, aktivasi ruang-ruang publik, hingga kolaborasi dengan diaspora. Semua itu bisa dilakukan jika kita membangun ekosistem yang saling terkoneksi, mulai dari kampus, komunitas, pemerintah daerah, hingga pasar global,” ujar Wamen Ekraf Irene saat talkshow di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pada Jumat, 4 Juli 2025.
Wamen Ekraf Irene hadir bersama Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Anggito Abimanyu dalam talkshow bertemakan ‘Pemanfaatan Dana Keistimewaan untuk Peningkatan Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif’. Wamen Ekraf Irene turut menggarisbawahi pentingnya pelibatan generasi muda dalam pengembangan IP lokal dan konten kreatif.
“Kita butuh lebih banyak inovator muda yang tidak hanya menciptakan karya, tapi juga membangun nilai tambah budaya dan ekonomi. Dan semua itu bisa dimulai dari kampus seperti UGM,” tuturnya di hadapan mahasiswa peserta talkshow.
Dalam sesi diskusi, Wamen Ekraf Irene juga menekankan perlunya pendekatan ekosistem yang holistik mulai dari riset di kampus, inkubasi ide di komunitas, hingga dukungan kebijakan dan pembiayaan oleh pemerintah daerah. Salah satu strategi yang dibahas adalah pemanfaatan Danais melalui Bantuan Keuangan Khusus (BKK) untuk mendukung ruang kreatif, promosi IP lokal, pelatihan SDM, serta digitalisasi konten destinasi seperti Borobudur dan kawasan heritage lainnya. Terlebih Yogyakarta dinilai memiliki keunggulan sebagai episentrum budaya yang tumbuh berdampingan dengan ekosistem ekonomi kreatif.
Kota ini tidak hanya melahirkan banyak pelaku seni dan kreator muda, tetapi juga menjadi ruang bertemunya tradisi dan inovasi. Dengan pemanfaatan Danais yang tepat sasaran, Yogyakarta berpotensi menjadi percontohan kota kreatif berbasis budaya yang mampu bersaing secara global namun tetap berakar lokal.
Talkshow ini juga menjadi ruang dialog lintas kementerian dan lintas sektor yang mendorong lahirnya kebijakan terintegrasi untuk penguatan ekraf daerah. Dengan kehadiran Wamenkeu Anggito dan pimpinan universitas, forum ini mencerminkan komitmen bersama dalam menjadikan Danais sebagai instrumen strategis pengembangan sektor kreatif dan pariwisata budaya.
Kementerian Ekraf juga membuka peluang kolaborasi dengan diaspora Indonesia di luar negeri melalui aktivasi IP lokal di media transportasi publik luar negeri seperti di Singapura dan Hong Kong. Hal ini sejalan dengan misi Kementerian Ekraf untuk memperluas distribusi karya kreatif Indonesia dan menghubungkan talenta lokal dengan jejaring global.
Talkshow ini dihadiri oleh Rektor UGM Prof. dr. Ova Emilia, serta Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Kreatif Yovie Widianto. Acara ditutup dengan peluncuran lagu “Perjalanan Cinta” sebagai hasil kolaborasi kreatif lintas sektor, yang mencerminkan semangat integrasi antara seni, teknologi, dan ekonomi dalam satu narasi kebudayaan.*(sumber:ekraf.go.id)