JAKARTA – Pada hari kedua penyelenggaraan Joint Commission Meeting untuk Komisi UN Tourism untuk Asia Timur dan Pasifik (CAP) dan Komisi UN Tourism untuk Asia Selatan (CSA) yang ke- 37, Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana menyampaikan bahwa investasi hijau dan ekonomi sirkular mendorong pariwisata berkelanjutan yang signifikan.
Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana dalam sambutannya pada Konferensi Regional Pariwisata PBB di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (16/4/2025) mengatakan, sektor pariwisata menjadi mesin utama pertumbuhan ekonomi di Asia Timur, Pasifik, dan Asia Selatan.
“Hal ini karena pariwisata merupakan sektor yang telah menciptakan lapangan kerja, mendorong pembangunan infrastruktur, mempromosikan pertukaran budaya, serta membantu mendorong kolaborasi global,” kata Menteri Widiyanti Putri.
Konferensi Regional Pariwisata PBB yang membahas investasi hijau dan kebijakan pariwisata tentang ekonomi sirkular merupakan bagian dari rangkaian agenda hari kedua penyelenggaraan Joint Commission Meeting untuk Komisi UN Tourism untuk Asia Timur dan Pasifik (CAP) dan Komisi UN Tourism untuk Asia Selatan (CSA) yang ke- 37 yang digelar di Jakarta.
Kawasan Asia-Pasifik telah memantapkan diri sebagai pemimpin global dalam menarik dana investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI).
Berdasarkan data dari UNCTAD, World Investment Report 2024 and UNCTAD, Trends Monitor 48 menunjukkan bahwa seluruh sektor di Kawasan Asia-Pasifik telah menyumbang sebesar 40 hingga 50 persen dari total arus FDI dunia.
Sementara untuk sektor pariwisata, data dari fDi Intelligence, Financial Times, UN Tourism pada Februari 2025 menyatakan bahwa Kawasan Asia-Pasifik telah mengamankan 642 proyek FDI greenfield dari tahun 2018 hingga 2024 senilai 66,4 miliar dolar AS.
Potensi investasi tersebut menyoroti perlunya arah strategis yang jelas untuk memastikan bahwa arus modal masuk selaras dengan tujuan keberlanjutan jangka panjang.
Melalui Konferensi Regional Pariwisata PBB, Menteri Pariwisata Widiyanti berharap dapat memberikan kesempatan bagi para delegasi untuk bertukar ide tentang bagaimana kawasan Asia-Pasifik dapat mempercepat investasi hijau yang berdampak dari energi terbarukan di perhotelan hingga praktik pariwisata yang sadar lingkungan.
Menurut dia, ada begitu banyak peluang untuk investasi yang mendukung planet dan ekonomi agar semakin inklusif dan berkelanjutan. “Investasi hijau menawarkan potensi besar untuk melindungi ekosistem dan warisan budaya kita, meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dan memberikan manfaat masyarakat jangka panjang,” kata Menteri Pariwisata.
Dalam sesi ini, Menteri Pariwisata Widiyanti meluncurkan pedoman investasi yang disusun oleh UN Tourism dengan judul “Tourism Doing Business: Investing in Indonesia”. Pedoman ini akan menjadi peta jalan untuk membantu investor menavigasi dan membuka potensi besar sektor pariwisata Indonesia yang berkembang pesat.
“Ini adalah tonggak penting dalam upaya mendorong pariwisata berkelanjutan dan memperkuat posisi Indonesia sebagai tujuan utama untuk investasi dan bisnis pariwisata,” kata Menteri Pariwisata Widiyanti.
“Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih kepada UN Tourism yang telah menyusun panduan ini dan menyampaikan penghargaan tulus kepada semua pemangku kepentingan yang telah bekerja tanpa lelah,” ujar Menteri Pariwisata.
Sekretaris Jendral UN tourism, Zurab Pololikashvili, mengatakan pedoman investasi “Tourism Doing Business: Investing in Indonesia” adalah pedoman investasi pertama di Asia dan Pasifik. Pedoman ini menjadi langkah penting bagi UN Tourism dan juga Indonesia, karena investasi merupakan salah satu prioritas dalam pengembangan pariwisata.
“Ada banyak prioritas yang harus dikerjakan, tetapi khususnya investasi sangat penting di kawasan ini dan Indonesia memiliki banyak hal untuk ditawarkan, banyak tempat, banyak peluang,” kata Zurab.
“Saya ingin berterima kasih kepada semua orang yang berpartisipasi dalam dokumen penting ini dan sekali lagi memberikan kesempatan yang baik kepada negara-negara anggota lainnya untuk melakukannya dan mempresentasikannya di Jakarta,” kata Zurab.
Direktur Eksekutif UN Tourism Natalia Bayona mengatakan, pedoman investasi ini bersifat teknis serta memiliki latar belakang ekonomi. Di dalam pedoman juga mencakup promosi investasi pariwisata.
“Jadi kami membuat metodologi untuk membantu investor menemukan proyek dan tentu saja menemukan fakta-fakta utama yang dapat membantu mereka membuat uji tuntas yang baik dan kasus studi yang baik,” kata Natalia.
Ekonomi Sirkular
Ekonomi sirkular merupakan prioritas utama bagi UN Tourism yang membantu destinasi dalam mengurangi limbah, mengoptimalkan sumber daya, dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan.
Menteri Pariwisata Widiyanti menjelaskan ekonomi sirkular sebagai kerangka inovatif yang bertujuan untuk mendefinisikan ulang cara kita mengelola produksi sumber daya, konsumsi, dan pengelolaan limbah.
“Kerangka ini mendorong pergeseran dari model linear tradisional menuju sistem yang regeneratif, mengurangi limbah, mendorong daur ulang, dan mengedepankan keberlanjutan di seluruh rantai nilai pariwisata. Pendekatan ini memiliki potensi besar, terutama bagi negara-negara yang beragam dan dinamis di Asia Timur, Pasifik, dan Asia Selatan,” ujarnya.
Mengintegrasikan prinsip-prinsip ekonomi sirkular dalam kebijakan pariwisata akan memungkinkan negara-negara mencapai pertumbuhan ekonomi sambil meminimalkan dampak lingkungan.
Oleh karena itu, dalam Konferensi Regional Pariwisata PBB juga akan dibahas materi tentang ekonomi sirkular dalam kebijakan pariwisata, dengan mempertemukan para pemimpin pemerintah dan perwakilan sektor swasta untuk berbagi praktik dan gagasan.
Pada panel diskusi ini juga disoroti studi kasus yang berhasil dari kawasan AsiaPasifik, termasuk kerangka kebijakan inovatif dan kemitraan publik-swasta yang telah mendorong ekonomi sirkular dalam pariwisata.
“Panel diskusi menjadi kesempatan bagi kita dalam berpikir lebih dalam tentang kebijakan, kerangka kerja, dan kolaborasi yang kita butuhkan sebagai negara yang bekerja menuju tujuan yang sama, yakni pariwisata yang berkelanjutan dan berkualitas,” kata Menpar Widiyanti.
Panel diskusi ini diisi oleh sejumlah pembicara di antaranya Utusan Khusus Presiden Bidang Pariwisata Indonesia, Zita Anjani; Menteri Pariwisata dan Lingkungan Hidup Maldives, Abdulla Niyaz; Wakil Menteri Pariwisata Filipina, Verna Buensuceso; serta Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Koordinator Urusan Ekonomi Pemerintah Republik Demokratik Timor-Leste, Francisco Kalbuadi Lay.
Menpar Widiyanti berharap melalui panel diskusi ini dapat dihasilkan gagasan baru, sekaligus mampu mendorong kolaborasi menuju terciptanya kebijakan yang inovatif. Sehingga pariwisata bisa menjadi kekuatan positif bagi masyarakat.
“Bersama-sama kita dapat membentuk masa depan pariwisata di Asia Timur, Pasifik, dan Asia Selatan yang berkelanjutan, tangguh, dan bersifat sirkular,” kata Menpar Widiyanti.
Pada sesi ini, Utusan Khusus Presiden Bidang Pariwisata Indonesia, Zita Anjani, menyampaikan bahwa Presiden Indonesia, Prabowo Subianto berkomitmen penuh untuk menyelesaikan masalah sampah di Indonesia, salah satunya dengan mengurangi serta mengolah sampah di destinasi wisata.
“Pemerintah mengajak generasi muda Indonesia untuk bersama-sama menjaga keberlanjutan lingkungan dengan mendaur ulang sampah menjadi produk baru yang bernilai, sehingga hal ini berdampak pada ekonomi masyarakat lokal dan pariwisata yang berkelanjutan,” kata Zita.
Turut hadir, Sekretaris Jenderal Pariwisata PBB, Zurab Pololikashvili; Direktur Pariwisata PBB Departemen Regional untuk Asia dan Pasifik, Harry Hwang; salah satu pendiri Traveloka sekaligus anggota afiliasi UN Tourism, Albert; serta para delegasi dari Negara-negara anggota Komisi Pariwisata Asia dan Pasifik PBB.*(sumber:kemenpar.go.id)