Menjalin Usaha Bersama

logo

Ibu Rumah Tangga di Kab. Madiun, Antusias Belajar Membuat POC

Rabu, 29 November 2023

MADIUN – Bidang Persampahan dan Limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun)/PLB3 Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kab. Madiun mengadakan kegiatan pelatihan pengolahan sampah rumah tangga menjadi POC (pupuk organik cair) yang bertempat disalahsatu rumah makan di kawasan Kresek, Kec. Wungu, Kab. Madiun.

Kegiatan itu menghadirkan narasumber yakni Titik Rosmiyati yang merupakan seorang pendidik dari guru SMK Negeri Jiwan, Kab. Madiun. Ia juga sebagai Trainer Ecobrick CIE, Founder Omah Edukasi Ecobrick, dan Omah Sinau Sampah di RW 14 Kel. Nambangan Lor, Kota Madiun.

Disela-sela itu, Titik Rosmiyati menyampaikan sejumlah materi yakni bagaimana membangun pola pikir masyarakat Kab. Madiun termasuk para peserta yang hadir agar dapat mencegah sampah dulu sebelum memilah dan mengolah.

Karena kalau sudah mencegah, itu nanti inayaalloh untuk berkaitan pilah-memilah sampah tidak akan kesulitan. Terusnya memilah antara sampah organik dan anorganik. Selain itu juga ada bank sampai, serta ecobrick. Ecobrick itu adalah sampah plastik-plastik yang memang tidak bernilai jual.

Sedangkan organiknya untuk POC, dan ekoenzim. Ekoenzim merupakan larutan kompleks hasil fermentasi dari limbah organik, yakni seperti limbah kulit/buah dan sayur-sayuran. Pada intinya, nanti bisa memilah organik ataupun anorganik. Namun jika sudah pintar memilah sampah, baru mengolahnya.

“Ya karena ini, adalah memanfaatkan limbah rumah tangga serta mudah dibuatnya. Jadi tidak memerlukan ilmu khusus pertanian. Intinya bagaimana sampah rumah tangga yang ada itu, bisa bermanfaat. Lalu bisa diolah, dan tidak menambah volume tumpukan sampah di TPA Kaliabu,” jelasnya, Senin 27 November 2023.

Menurutnya untuk membuat POC sangatlah mudah, hanya tempo dua minggu sudah jadi. Sebab, cukup dengan segala macam organik dapur seperti kulit-kulit buah, sisa-sisa dari sayur-sayuran? Sampah dimasukan kedalam median, lalu dicampur. Setelah itu, di masukan cairan gula merah ataupun air leri atau bekas cucian beras.

Karena air leri manfaatnya banyak sekali. Selanjutnya dicampur, dan menunggu  selama dua minggu yang sudah difermentasi. Sehingga jadilah semacam pupuk organik cair atau POC. Pada intinya seperti air lindi. Tapi air lindi yang bermanfaat, dan tidak campur dengan plastik.

Untuk median pengolahan sampah rumah tangga, karena ini adalah pelatihan? Maka pada intinya, kita dititipi oleh DLH Kab. Madiun jangan sampai membuat ibu rumah tangga beralasan sulit membuat komposternya karena susah didapatkan.

“Artinya apa saja, terpenting komposternya yang dipakai itu bisa. Prinsipnya adalah, itu tadi’ organiknya bisa dicampur dengan beberapa macam cairan untuk pengurai. Karena yang untuk pengurai juga tidak beli,” terangnya.

Ia melanjutkan semisal komposternya dengan semacam ember. Karena ember, juga bisa di tumpuk. Sehingga air lindinya nanti, bisa turun ke bawah. Lainnya bisa menggunakan botol/galon air mineral. Karena botol galon yang sekali pakai itu banyak sehingga bisa kita manfaatkan.

“Median lainnya, juga bisa menggunakan drum. Kita campur semuanya kedalam tempat itu. Intinya median tersebut, sifatnya bisa tertutup rapat. Sehingga proses fermentasinya juga sesuai. Dalam waktu dua minggu, POC sudah jadi. POC bisa di manfaatkan untuk pemupukan berbagai tanaman,” ungkapnya.

Untuk proses fermentasi organik itu, kata dia, maka dibutuhkan cairan seperti dari gula merah atau gula putih. Namun tidak hanya itu saja, tapi juga bisa menggunakan molase (tetes tebu) yang harganya lebih murah.

Berikutnya adalah air leri beras, kalau tidak tersedia? Maka bisa menggunakan EM4 atau Effective Microorganism 4. Sebab, EM4 merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman.

“Kalau mau beli, ya sedikit mengeluarkan biaya. Biasanya EM4 untuk pertanian, itu adalah bakteri yang manfaat. Jadi prosenya di campur, dan di tambah gula merah untuk bisa menghidupkan bakteri yang bermanfaat. Itu luar biasa. Air tape juga bisa digunakan,” terangnya.

POC, tambah Titik, juga termasuk pupuk cair yang bisa digunakan untuk penggembur tanah sawah. Intinya adalah menggunakan organik, tanpa ada campuran anorganik. Itu ngompos dan sebagainya, adalah alam kembali ke alam. Insyaalloh tidak ada kata gagal untuk mengompos, sehingga limbah dapur di rumah kita dapat di manfaatkan.

“Jika masyarakat Kab. Madiun mau menggunakan pola seperti itu? Tentu kedepan, kita berharap angka 300 ton sampah per hari yang masuk di TPA Kaliabu akan semakin berkurang,” paparnya.*(al/madiuntourism.com)

error: